1. Latar Belakang
Modal manusia dalam mendorong pembangunan ekonomi sudah sangat dipahami oleh para ahli ekonomi dan pengambil
kebijakan. Sehingga tidak jarang, strategi pembangunan disebagian besar
negara memprioritaskan pada pembangunan kualitas modal manusia dengan melakukkan perbaikkan sistem pendidikan dan support anggaran (subsidi) yang besar. Selain itu pembangunan modal manusia diyakini tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan,
namun juga berperan sentral mempengaruhi distribusi pendapatan di suatu
perekonomian. (Becker, 1964; Schultz, 1981 dalam Heckman, 2005). Logika ini jugalah yang mendorong strategi pengentasan kemiskinan yang bersentral pada pentingnya pembangunan modal manusia (human capital).
Dalam
upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable
development), sektor pendidikan memainkan peranan yang sangat strategis
khususnya dalam mendorong akumulasi modal yang dapat mendukung proses
produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Secara definisi,
seperti yang dilansir dalam World Commision on Environmental and
Development, 1997 dalam McKeown (2002), bahwa sustainable development
adalah: “Sustainable development is development that meets the needs of
the present without comprimising the ability of future generations to
meet their own needs.” Dalam konteks ini,
pendidikan dianggap sebagai alat untuk mencapai target yang
berkelanjutan, karena dengan pendidikan aktivitas pembangunan dapat
tercapai, sehingga peluang untuk meningkatkan kualitas hidup di masa
depan akan lebih baik. Di sisi lain, dengan pendidikan, usaha
pembangunan yang lebih hijau (greener development) dengan memperhatikan
aspek-aspek lingkungan juga mudah tercapai.
Romer, 1986; Lucas, 1988 (dalam Cui et.,al. 2008) Menjelaskan bahwa modal manusia tidak hanya diidentifikasi sebagai kontributor kunci dalam pertumbuhan dan pengurangan
kemiskinan, namun juga mendorong tujuan pembangunan untuk meningkatkan
human freedom secara umum. Selain itu, fokus perkembangan global saat ini yang dicatat dalam millennium development goals juga telah memposisikan perbaikkan kualitas modal manusia dalam prioritas yang utama.
Dikebanyakan negara miskin dan berkembang, kurangnya sumberdaya dan modal (termasuk modal manusia) diidentifikasi sebagai penyebab utama lemahnya daya saing dan hambatan untuk maju. Keadaan ini secara
umum disebabkan karena lingkaran setan kemiskinan yang menyebabkan
negara tersebut sulit sekali untuk melakukkan investasi dan akumulasi modal yang penting bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi. Hal ini juga
dipertegas oleh Jeffrey Sachs (2005) yang menjelaskan bahwa salah satu
penyebabnya adalah lack of innovation, yang mana berkaitan dengan
kurangnya investasi dalam knowledge ekonomi sehingga mengurangi insentif
masyarakat untuk berkreativitas dan meningkatkan produktivitasnya.
Kondisi modal manusia di negara miskin dan berkembang semakin parah dengan adanya pengaruh globalisasi ekonomi yang tidak terkendali. Hal ini disebabkan karena peluang (oppurtunity) Globalisasi ekonomi hanya bisa ditangkap oleh mereka yang memiliki kemampuan dan knowledge yang baik. Rendahnya kualitas modal manusia dihampir sebagian negara miskin dan berkembang menyebabkan mereka sangat rentan terhadap perubahan globalisasi yang cepat, sehingga akhirnya larut dan dirugikan dalam proses didalamnya. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan dalam teori perdagangan internasional
“Heckscher-Ohlin” model, yang mana perdagangan internasional membawa
dampak pada distribusi pendapatan khususnya terhadap para pemilik sumber
daya maupun pekerja.
Dalam konteks ini, maka peran pemerintah dalam mengisi gap kurangnya modal harus dapat diisi oleh pemerintah. Hal ini bisa
dilakukan dengan meningkatkan anggaran sosial (social spending) untuk
subsidi khususnya di sektor pendidikan. Dalam beberapa penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Shultz, 1999 dan Barro,
1996b (dalam Cui et.,al. 2008) menegaskan pentingnya peran pemerintah
dalam mengisi peran tersebut. Sebagai contoh, dengan tingginya social
spending dalam pendidikan tinggi akan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya pendidikan bagi keluarga dan meningkatkan
kapasitas kesehatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Dalam pengembangan model ekonomi tersebut dijelaskan juga bagaimana
interaksi pendidikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum.
Namun, pengembangan model juga telah dikembangkan dengan baik oleh
beberapa peneliti (Gupta et.al., 2002a dan Hausmann,
Pritchett and Rodrik, 2005) bahwa secara lebih spesifik efektivitas
social spending (pendidikan) bagi pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi
oleh aspek penting pemerintah, dimana pemerintahan yang buruk
berkontribusi terhadap pelaksanaan aktivitas pendidikan yang dapat
mendukung proses pembangunan.
Pendidikan dan kesehatan selain harus dianggap sebagai suatu hak asasi dan bentuk keadilan, juga harus difahami sebagai perbaikkan kebebasan masyarakat untuk berkembang dan memperbaiki dirinya, lepas dari lingkaran setan dan jeratan kemiskinan. Efektivitas pencapaian tujuan ini tentu sangat tergantung dari dukungan atau support pemerintah dalam konteks penganggaran investasi fasilitas dasar pendidikan dan pemberian subsidi (transfer of payment) khususnya bagi masyarakat miskin.
Dalam menyikapi permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan modal manusia khususnya di negara miskin dan berkembang, maka dalam tulisan ini akan
dibagi menjadi dua pembahasan. Pertama, pembasahan ekonomi positif,
yang erat kaitannya dengan perspektif makroekonomi. Dalam konteks ini selain
akan membahas bagaimana peran anggaran (subsidi) dalam model
pertumbuhan endogen. Selain itu juga akan didiskusikan analisis
intertemporal (antar waktu) akibat implementasi kebijakan anggaran yang
dilakukkan saat ini dan bagaimana
pengaruhnya terhadap perilaku individu dimasa depan. Kedua, Pembahasan
ekonomi normatif, yang mana pendidikan berkontribusi dalam proses-proses
pembangunan khususnya sebagai penguat modal manusia (human capital) menghadapi keterbukaan ekonomi. Dalam konteks ini,
proposisi bahwa globalisasi dapat meningkatkan gap distribusi
pendapatan yang semakin besar seperti yang dijelaskan dalam teori
perdagangan internasional “Heckscher-Ohlin Model”, akan dapat diredam
dengan adanya perbaikan pendidikan atau penguatan kualitas human capital.
2. Subsidi (Kebijakan Fiskal) dalam perspektif Makroekonomi
Sebelum memulai analisa terhadap subsidi sebagai salah satu instrumen dalam kebijakan fiskal, ada baiknya kita memahami definisi dari subsidi itu sendiri. Berdasarkan kamus wikipedia, subsidy dapat dijelaskan sebagai berikut:
In
economics, a subsidy (also known as a subvention) is a form of
financial assistance paid to a business or economic sector. A subsidy
can be used to support businesses that might otherwise fail, or to
encourage activities that would otherwise not take place. (Wikipedia
Dictionary)
Dalam konteks makroekonomi, subsidi merupakan salah
satu bentuk instrumen fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Kebijakan fiskal pada dasarnya merupakan respon jangka pendek dalam
siklus bisnis atau ekonomi, yang mana dilakukkan untuk menutup gap
fluktuasi output. Kebijakan ini biasanya
dilakukkan untuk mengisi kekosongan dalam aggregate demand sehingga
perekonomian dapat didorong hingga mendekati titik optimal atau
potensialnya. Oleh karena itu, kualitas dari kebijakan fiskal tentu
menjadi topik kajian yang penting karena dapat mengoptimalkan fungsi
kebijakan fiskal untuk mengatasi fluktuasi output. Namun, meski
kebijakan fiskal merupakan isu sentral dalam kebijakan jangka pendek
(short run policy), pengaruhnya dalam jangka panjang tidak seharusnya
dihiraukan.
Di sisi pengeluaran, pengeluaran
pemerintah (government expenditure) dapat mendukung pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang. Sebagai contoh, model pertumbuhan endogen
(endogenous growth) yang memperkenalkan pengeluaran pemerintah sebagai
mesin pertumbuhan. Pemikirian ini disampaikan oleh Robert Lucas (1980), yang meyakini bahwa investasi dalam pendidikan dapat meningkatkan modal manusia dalam
perekonomian. Investasi pendidikan dianggap memiliki implikasi yang
positif terhadap penambahan sumber daya bagi perekonomian, sehingga
dapat meningkatkan output secara umum. Oleh karena itu, perubahan dalam
pengeluaran bidang pendidikan yang dipengaruhi oleh kebijakan fiskal jangka pendek akan mendukung proses akumulasi dalam modal manusia sehingga pada akhirnya akan mendorong pada pertumbuhan ekonomi. (Keuschnigg and Fisher, 2002 Dalam Zagler and Durnecker, 2003).
Namun perlu disadari bahwa disisi penerimaan, pajak dapat mendistorsi keputusan individu masyarakat. Hal ini secara umum disebabkan karena distorsi pajak akan mengubah perilaku individu masyarakat untuk menabung dan berinvestasi, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi akumulasi modal dan
pertumbuhan ekonomi. Dalam model Ricardian, pengeluaran pemerintah
dianggap sebagai Tax Delayed atau pajak yang tertunda. Dalam pandangan ini, masyarakat akan memiliki ekspektasi bahwa pajak akan meningkat dimasa depan, akibat keadaan defisit pada saat ini. Sehingga pandangan ini beranggapan bahwa pengeluaran pemerintah tidak ada bedanya dengan distorsi pajak, dan hanya mendistorsi ekonomi.
Singkatnya,
dalam intertemporal analisis, budget constraint pemerintah dalam
anggaran sosial (ex: subsidi pendidikan) akan menciptakan ekspektasi
masyarakat bahwa kebijakan defisit anggaran ini akan menyebabkan koleksi peningkatan pajak dimasa depan. Keadaan inilah
yang secara umum akan mendorong perilaku masyarakat untuk menahan
pengeluarannya dengan melakukkan akumulasi tabungan. Dengan kata lain,
perubahan perilaku ini secara
umum akan menyebabkan terkoreksinya pengeluaran pemerintah (government
spending) karena melemahnya sisi konsumsi masyarakat (salah satu
Komponen Aggregate Demand). Sehingga pada akhirnya, mereka beranggapan
kebijakan ini tidak akan efektif mendorong pertumbuhan output.
Namun tentu saja, keadaan ini merupakan
analisis ekonomi positif yang terjadi dalam dunia Ricardian. Social
spending sebagai bagian dari kebijakan fiskal pemerintah, memiliki efek
yang lebih luas seperti yang dimodelkan dalam pandangan
ekonomi positif. Bahwa social spending “pendidikan”, memiliki dimensi
yang kompleks menyangkut dimensi pendapatan maupun non-pendapatan. Dalam
dimensi pendapatan, jika social spending bagi subsidi pendidikan dapat
meningkatkan tingkat pengembalian yang maksimal bagi pendapatan maka
bisa dibilang bahwa social spending bisa menjadi alat yang tepat bagi
perekonomian. Analisis ini tentu sangatlah static, dan tidak mempertimbangkan bagaimana pengaruhnya yang lebih luas dalam pengembangan mental manusia, cara berfikir, berkreasi, kebebasan dan pengembangan inovasi yang tinggi. Bahwa permasalahan modal manusia bukanlah permasalahan yang sifatnya temporal, namun lebih luas lagi menyangkut kebebasan dan perlakuan yang lebih baik untuk mengubah kualitas hidup manusia. Dimensi non-pendapatan inilah yang strategis, dan perlu kajian lebih mendalam.
3. Pendidikan dan Globalisasi Ekonomi
Globalisasi
sebagai suatu fakta yang tidak terelakkan, telah memasuki fase baru
yang telah menciptakan dependensi yang kuat antar ekonomi negara-negara
didunia. Globalisasi telah mempengaruhi perekonomian dan kehidupan
suatu negara melewati beberapa channel, antara lain: perdagangan
internasional, liberalisasi keuangan, Penanaman modal asing dan transfer teknologi. Meskipun potensi keuntungan telah diraup oleh beberapa negara dengan memanfaatkan era globalisasi (ex. India dan China), namun dalam kajian terbaru bahwa integrasi ekonomi telah memaksa terjadinya konflik dalam distribusi pendapatan.
Dengan semakin terbukanya perekonomian, setidaknya ada 3 channel penting mengapa investasi dalam modal manusia menjadi sangat strategis. Pertama, akumulasi modal manusia adalah determinan penting dalam pertumbuhan dan pengurangan
kemiskinan. Kedua, karena pendidikan memiliki peran yang penting dalam
distribusi pendapatan yang lebih merata, maka dengan pendidikan efek gap
pendapatan yang meningkat akibat globalisasi dapat diredam. Ketiga,
aspek penting dalam akumulasi modal manusia bagi
tatanan masyarakat adalah dengan semakin baiknya pastisipasi politik
masyarakat yang dapat mensuport ekonomi. (Verdier and Bourguignon, 2005)
Permasalahan utama dalam perdagangan internasional akibat globalisasi berkaitan dengan efek disparitas pendapatan. Hal ini dapat disimpulkan dalam model Hecksher-Ohlin: “A country will be better off with trade, but owners of abundant
factors gain and owners of scarce factors lose; with trade, owners of
scarce factors will be worse off without compensation.” Secara umum
teori ini menjelaskan
bahwa sebagian masyarakat yang tidak mampu memanfaatkan perdagangan
internasional karena tidak memiliki sumber daya yang dibutuhkan
perekonomian, akan mengalami kerugian akibat perdagangan. Jika teori ini kita
kembangkan lebih luas dalam konteks knowledge economy, maka sebagian
masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup sudah pasti akan
dirugikan karena mereka tidak akan mampu mengambil kesempatan
(oppurtunity) dalam perekonomian.
Pengembangan
model diatas memiliki asumsi dengan keadaan pasar kredit yang tidak
sempurna (imperfect credit markets), maka masyarakat miskin akan
mengalami kesulitan likuiditas untuk mendapatkan akses pinjaman untuk
melakukkan investasi di dunia pendidikan. Hal ini yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kemampuan masyarakat miskin untuk mengubah kualitas hidupnya dan mengambil
keuntungan dalam globalisasi. Dalam perspektif pendapatan, akibat
ketidakmampuan melakukkan investasi dalam pendidikan, masyarakat miskin
tidak akan dapat menikmati perbaikkan pendapatan sehingga menimbulkan
disparitas pendapatan yang tinggi dengan mereka yang dapat menikmati
keuntungan globalisasi (orang kaya).
Namun, keadaan ini seharusnya tidak terjadi jika pemerintah tahu betul posisinya dalam memecahkan masalah ini. Hal yang bisa dilakukkan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini adalah
dengan menutupi kekurangan likuiditas masyarakat miskin dengan
meningkatkan anggaran subsidi dalam dunia pendidikan. Realisasi ini hanya
bisa dicapai jika tekanan politik masyarakat untuk menginginkan hal
tersebut dapat tercapai. Hal yang perlu disadari bahwa pemerintah yang
memberikkan prioritas terhadap kapabilitas dasar manusia (kesehatan dan pendidikan)
tidak hanya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, namun juga
akan mendorong perbaikkan dalam distribusi pendapatan dalam jangka
panjang. Selain itu, kontributor kunci bagi pembangunan “pendidikan”
tidak hanya memberikkan keuntungan dalam dimensi pendapatan, namun juga
berkontribusi pada dimensi non pendapatan. (Becker, 1964; Schultz, 1981
dalam Heckman, 2005).
Keuntungan dari modal manusia tentu memiliki pengaruh yang luas dalam perekonomian, khususnya bagaimana kontribusi modal manusia dalam mendororong produktivitas, serta mengembangkan adaptibility dan efisiensi alokasi. Pertama, berkaitan dengan kontribusi modal manusia. Investasi dalam pendidikan (training)
secara umum akan meningkatkan skill pekerja, sehingga pada akhirnya
produktivitas mereka dalam bekerja dapat ditingkatkan secara optimal.
Selanjutnya, dalam kaitannya dengan pengembangan adaptibility dan efisiensi alokasi. Bahwa dengan semakin meningkatnya kualitas modal manusia dalam
perekonomian, maka pekerja yang berskill baik akan lebih pintar untuk
mengalokasikan sumberdaya yang ada untuk setiap pekerjaan serta lebih
mudah untuk beradaptasi dengan adanya perubahan kondisi dan menangkap peluang. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan Nelson and Phelps, 1966; Schultz, 1975 dalam Heckman 2005.
Selain itu, dengan semakin baiknya skill yang dimiliki oleh pekerja, yang berarti semakin baik modal manusia, maka kemampuan individu untuk menuangkan ide baru, mengadopsi teknologi baru dan mengimplementasi
pengetahuan yang datang dari luar akan semakin mudah. Dengan semakin
meningkatnya keterbukaan terhadap dunia luar, maka kebutuhan modal manusia yang
dapat mengabsorp teknologi dari luar menjadi sangat penting.
Ketidakseimbangan strategi investasi dapat mengurangi rate of return on
investment, karena manusia sebagai operator yang ada dibalik penggunaan mesin tersebut tidak mampu secara optimal mengaplikasikannya. Selanjutnya, modal manusia di sektor pertanian (agriculture) juga sangat penting, yaitu bagaimana modal manusia dapat menangkap perubahan pasar dan menerapkan
teknologi. Angkatan kerja dengan pendidikan yang baik dapat mengambil
keputusan yang baik, baik dalam sektor pertanian maupun industri
perkotaan. Overinvestment disalah satu sektor dengan mengabaikan
investasi sektor pendukungnya dapat menyebabkan kehilangan kesejahteraan
(welfare lost) dan ketidakmerataan distribusi pendapatan.
Dalam
kasus yang spesifik, yaitu sektor pertanian. Rendahnya produktivitas
petani salah satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan
petani. Sebagai pekerja disektor yang subsistem, yang memiliki ruang
gerak yang sempit untuk berkembang dan meningkatkan
pendapatan. Para petani di negara berkembang terperangkap dalam kondisi
yang kurang menguntungkan, bahkan mereka dikategorikan sebagai pekerja
yang tidak berkeahlian (unskilled labour) dengan pendapatan yang sangat minimal. Dalam kondisi ini, tentu saja investasi masa depan dalam dunia pendidikan hanya sebagai angan-angan dan impian semu.
Selain tidak mampu meningkatkan kualitas kehidupannya dimasa depan akibat minimnya pendidikan, keadaan ini juga
akan mempengaruhi produktivitas petani dalam produksinya. Dalam
beberapa penelitian yang ada, pendidikan (literacy and numeracy) akan
membantu petani dalam mengaplikasikan metode baru dalam pertanian,
mengatasi resiko dan merespon
sinyal pasar. Selain itu, dengan pendidikan (literacy and numeracy)
petani akan lebih baik dalam melakukkan pencampuran bahan kimia (pupuk dan pestisida) sehingga mengurangi bahaya bagi manusia dan lingkungan.
Terakhir, pendidikan dasar akan memudahkan para petani untuk melakukkan
pinjaman pada lembaga keuangan, untuk kebutuhan investasi pertanian.
Di sisi lain, keadaan ini akan
juga lebih baik jika akses pendidikan bagi masyarakat miskin juga bisa
diakses dengan lebih baik bagi para wanita. Dengan semakin baiknya
tingkat pendidikan wanita dalam keluarga, maka perencanaan pendidikan dan kehidupan yang lebih baik dalam keluarga akan semakin mudah untuk terealisasi. Hal inilah yang secara umum akan membantu mendorong pencapaian tujuan pembangunan secara aggregat.
4. Policy Implication
Kebijakan anggaran (subsidi) yang pro-poor dan pro-growth.
Dalam memahami permasalahan kemiskinan dan disparitas pendapatan yang mengancam akibat derasnya era globalisasi. Maka diperlukkan keberanian dan upaya strategis pemerintah untuk meredamnya. Dalam konteks ini peran
strategis pemerintah ada pada keputusan politik anggaran (subsidi)
untuk perbaikkan kualitas pendidikan masyarakat, khususnya masyarakat
miskin. Hal ini juga dipertegas oleh penelitian yang dilakukan oleh Cui et.,al. 2008 yang menunjukkan bahwa investasi pendidikan dan kesehatan
memiliki kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan output, namun
dengan rute mekanisme yang berbeda. Selanjutnya dalam penelitian itu
dijelaskan bahwa keadaan pemerintah yang baik (good governance)
mendukung efektifitas pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan
output.
Berdasarkan Sumarto dan Mawardi,
2003, pemerintah memiliki peran yang strategis dalam mengarahkan
kebijakan anggarannya ke kebijakan publik yang memihak masyarakat tidak
mampu. Hal ini dilakukkan agar kebijakang anggaran dapat memperbaiki kualitas pendidikan masyarakat, khususnya masyarakat miskin.
Setidaknya
ada tiga hal utama yang dijelaskan dalam paparanya, antara lain
pentingnya: political willingness, iklim yang mendukung dan tata pemerintahan yang baik. Pertama, dalam konteks “Political Willingness”. Perlu adanya komitmen kuat dari pemerintah untuk bertanggungjawab dalam penanggulangan kemiskinan. Hal ini menjadi
sangat penting agar penyusunan program-program yang pro poor dapat
menempatkan program kemiskinan pada prioritas utama. Kedua, Iklim yang
Mendukung. Iklim atau kondisi yang mendukung untuk penyusunan kebijakan
anggaran yang pro poor dapat berjalan jika ada kesadaran kolektif bahwa
kemiskinan adalah permasalahan utama yang harus diselesaikan. Di sisi
lain, perlu juga dukungan peraturan dan kebijakan strategis yang mendukung penanggulangan kemiskinan.
Ketiga,
adalah Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance). Mengingat
kemiskinan bersifat multidimensi, maka penanggulangannya tidak cukup
hanya dengan mengandalkan pendekatan ekonomi, melainkan memerlukan
kebijakan dan program di bidang sosial, politik, hukum dan kelembagaan. Dengan kata lain diperlukan adanya
tata pemerintahan yang baik (good governance) dari lembaga-lembaga
pemerintahan, terutama birokrasi pemerintahan, legislatif, lembaga hukum dan pelayanan umum lainnya.
5. Kesimpulan
Dalam
menghadapi era globalisasi yang memiliki implikasi pada disparitas
pendapatan, pemerintah perlu menyiapkan langkah strategis untuk meredam
efek negatif tersebut. Peran sentral ini hanya bisa diisi oleh penguatan pendidikan untuk meningkatkan kualitas human capital (modal manusia) agar masyarakat negara miskin dan berkembang
dapat mengambil keuntungan dalam era globalisasi. Rendahnya akumulasi
modal karena keadaan yang serba susah di negara miskin dan berkembang mendorong peran strategis pemerintah untuk mengisi kekurangan likuiditas dan keadaan
imperfect markets. Dengan kontribusi pemerintah berupa subisidi
anggaran pendidikan, tentu masyarakat akan mampu mencapai titik optimal
kesejahteraan dengan manfaat yang luas dari pendidikan. Hal inilah yang secara umum dapat menguntungkan kehidupannya dimasa depan dengan peningkatan kualitas hidup dan pendapatan.
Sumber : http://iamtheeconomist.blogspot.com/2008/09/modal-manusia-dan-globalisasi-peran.html
Friday, June 8, 2012
Manusia & Kegelisahan
Kehidupan
manusia sekarang
ini semakin maju, didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam
menjalankan aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin
cepat, setiap aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa
dibawa serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari
tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa
harus dilakukan untuk mencapai ‘tujuan hidup’, tanpa menyampingkan hal lain,
seperti kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan
dengan dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan
datang.
Kegelisahan
dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang
beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda
gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya.
Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi
tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini
bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk
mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan
kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.
Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.
Ada pepatah yang berbunyi, “Alam telah menganugerahi manusia untuk dapat mengendalikan seluruh isinya, kecuali satu hal, yaitu pikiran.” Kenyataan ini diperkuat dengan kenyataan tambahan bahwa segala sesuatu yang diciptakan manusia dimulai dalam bentuk pikiran, hal ini menuntun kita untuk menyadari bahwa ketakutan dapat diatasi. Rasa ketakutan, kegelisahan, dan kecemasan yang tidak berlebihan merupakan naluri alamiah untuk menjaga diri, tetapi jika berlebihan akan menjadi musuh bagi manusia itu sendiri.
Seorang ahli anatomi terkemuka dari Inggris suatu ketika ditanya oleh muridnya tentang obat terbaik untuk mengatasi ketakutan, dan jawabnya adalah, “Cobalah untuk mengerjakan sesuatu untuk orang lain.” Murid tersebut merasa heran atas jawaban yang diberikan, kemudian sang guru meneruskan, “Anda tidak dapat memiliki dua pikiran yang berlawanan pada waktu yang sama, salah satu pikiran akan mengusir pikiran yang lain. Jika suatu saat pikiran sedang terpusat untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan apa pun, maka rasa ketakutan tidak akan muncul di dalam pikiran pada waktu yang sama.”
Hal-hal berikut bisa kita sadari dan mungkin dilakukan untuk melatih pikiran kita agar kita tidak memberikan kesempatan kepada kejahatan kembar untuk menumpangi pikiran kita:
-
Jangan
bertentangan dengan hukum alam.
Hiduplah sesuai dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca buku-buku yang bernilai. Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga merupakan makhluk beragama, sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban agama, seperti membaca parita suci.
Hiduplah sesuai dengan hukum alam, mengikuti jalan kehidupan yang benar dan melakukan jasa-jasa dan kebaikan. Mungkin Anda adalah manusia modern yang sangat sibuk, tetapi sisihkanlah waktu Anda walaupun sedikit untuk membaca buku-buku yang bernilai. Kebiasaan ini akan memungkinkan Anda untuk melupakan kecemasan dan mengembangkan batin. Jangan lupa bahwa Anda juga merupakan makhluk beragama, sisihkan waktu untuk menunaikan kewajiban agama, seperti membaca parita suci.
-
Kenalilah
lingkunganmu.
Kita tidak dapat menyelami kehidupan orang lain yang sesungguhnya, seperti mengerti kehidupan orang lain yang tingkat sosial ekonominya berbeda dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak dapat mengetahui bagaimana rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman seperti itu membuat rasa toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya dari pengertian, sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya pengalaman. Karena itu, mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi kehidupan merupakan hal yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup dalam keadaan mewah.
Kita tidak dapat menyelami kehidupan orang lain yang sesungguhnya, seperti mengerti kehidupan orang lain yang tingkat sosial ekonominya berbeda dengan kita. Jika kita sehat, kita tidak dapat mengetahui bagaimana rasanya sakit atau cacat. Kurangnya pengalaman seperti itu membuat rasa toleransi kita kurang karena toleransi lahir hanya dari pengertian, sedangkan pengertian tidak dapat timbul tanpa adanya pengalaman. Karena itu, mendapatkan pengalaman sebanyak mungkin dari semua segi kehidupan merupakan hal yang baik dan menyadari bahwa kita tidak selalu hidup dalam keadaan mewah.
-
Ketidakbahagiaan manusia.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois, hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari kegelisahan itu adalah dengan menyingkirkan semua keinginan rendah yang menyebabkannya. Sesungguhnya kita bukan menikmati kesenangan tetapi dikuasai oleh kesenangan itu.
Sang Buddha mengajarkan bahwa ketidakbahgiaan datang dari keinginan yang rendah, egois, hanya mempedulikan diri sendiri, dan jika tidak terpenuhi, maka akan menyebabkan kesusahan dan kegelisahan. Cara untuk menghindari kegelisahan itu adalah dengan menyingkirkan semua keinginan rendah yang menyebabkannya. Sesungguhnya kita bukan menikmati kesenangan tetapi dikuasai oleh kesenangan itu.
-
Apa
pun kesulitan kita, bagaimanapun beratnya, semuanya dapat diselesaikan oleh
berlangsungnya waktu. Sadarilah bahwa kesulitan itu ada akhirnya, jangan
menyita waktu kita hanya untuk memikirkan masalah yang berlarut-larut,
lebih baik memikirkan hal lain yang lebih bermanfaat.
-
Kebahagiaan
dan materialisme.
Kebahagiaan tidak dapat dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa serta ketika kita mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mencari kekayaan, tetapi jangan melekat padanya dan carilah dengan cara yang benar, jangan dengan berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha bersabda, “Diberkatilah mereka yang mencari nafkah tanpa merugikan orang lain.”
Kebahagiaan tidak dapat dipenuhi hanya dengan materi, kekayaan tidak dapat dibawa serta ketika kita mati. Hal ini bukan berarti seseorang tidak boleh mencari kekayaan, tetapi jangan melekat padanya dan carilah dengan cara yang benar, jangan dengan berjudi atau menindas orang lain. Sang Buddha bersabda, “Diberkatilah mereka yang mencari nafkah tanpa merugikan orang lain.”
-
Kendalikan
pikiran.
Pikiran manusia sangat mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak benar, maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan besar kegunaan yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal yang benar yang berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha bersabda, “Tidak ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah yang disebabkan oleh pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati.”
Pikiran manusia sangat mempengaruhi badan jasmaninya. Jika pikiran dibiarkan berfungsi tidak benar, maka pikiran tersebut dapat menyebabkan sakit pada tubuhnya, dan besar kegunaan yang dihasilkannya bila pikiran dipusatkan pada hal-hal yang benar yang berujung pada keseimbangan dan ketenangan. Sang Buddha bersabda, “Tidak ada musuh dapat mencelakakan seseorang sampai separah yang disebabkan oleh pikiran yang jahat, kejam, membenci, dan iri hati.”
-
Bertindaklah
bijaksana.
Manusia seharusnya menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup berani untuk menghadapi ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam mempertahankan kejujuran, tetapi bersikap rendah hati dan lemah lembut di dalam kemenangan.
Manusia seharusnya menyadari bilamana ia sedang lemah, atau bila ia cukup berani untuk menghadapi ketakutan, besar hati dan keras hati di dalam mempertahankan kejujuran, tetapi bersikap rendah hati dan lemah lembut di dalam kemenangan.
-
Kerendahan
hati.
Kerendahan hati merupakan ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari perbedaan antara yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri memulai kepemimpinannya dengan membuang atribut kebangsawanannya dan dalam pengungkapan atau perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak pernah bernada sombong.
Kerendahan hati merupakan ciri dari orang yang berbudi dan patokan untuk mempelajari perbedaan antara yang ada dan yang belum terjadi. Sang Buddha sendiri memulai kepemimpinannya dengan membuang atribut kebangsawanannya dan dalam pengungkapan atau perumpamaan yang seringkali beliau katakan tidak pernah bernada sombong.
-
Jangan
menyia-nyiakan waktu.
Dengan menyia-nyiakan waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain, karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya dengan waktu yang dimiliki oleh orang lain.
Dengan menyia-nyiakan waktu, Anda akan merugikan bukan hanya diri sendiri tetapi juga orang lain, karena waktu yang Anda miliki sama banyaknya dengan waktu yang dimiliki oleh orang lain.
-
Kesabaran
dan toleransi.
Bersabarlah terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun seseorang menuju rimba yang tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui. Kata-kata kasar bagaikan anak panah yang ditarik dari busurnya, tidak akan dapat ditarik kembali. Tanamkan sikap toleransi karena toleransi membantu menghindari keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.
Bersabarlah terhadap segala sesuatunya. Kemarahan akan menuntun seseorang menuju rimba yang tidak memiliki jalan setapak untuk dilalui. Kata-kata kasar bagaikan anak panah yang ditarik dari busurnya, tidak akan dapat ditarik kembali. Tanamkan sikap toleransi karena toleransi membantu menghindari keputusan yang dibuat dengan terburu-buru.
-
Balaslah
kejahatan dengan kebaikan.
Jangan berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu dari orang yang baik pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari juga dari musuh-musuh Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila kejahatan yang mereka perbuat kita balas dengan kejahatan lagi, karena jika berbuat demikian, maka makin banyak musuh yang datang. Cara yang paling baik adalah dengan memancarkan cinta kasih dan kemurahan hati kepada mereka, jika Anda merasa bahwa Anda-lah yang bersalah jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya, niscaya pertentangan tidak akan berlanjut.
Jangan berpandangan sempit bahwa Anda hanya dapat belajar sesuatu dari orang yang baik pada Anda, tetapi ada banyak hal yang dapat dipelajari juga dari musuh-musuh Anda. Musuh tidak akan dapat dihindari apabila kejahatan yang mereka perbuat kita balas dengan kejahatan lagi, karena jika berbuat demikian, maka makin banyak musuh yang datang. Cara yang paling baik adalah dengan memancarkan cinta kasih dan kemurahan hati kepada mereka, jika Anda merasa bahwa Anda-lah yang bersalah jangan ragu untuk meminta maaf kepadanya, niscaya pertentangan tidak akan berlanjut.
-
Memiliki
cinta kasih.
Jagalah diri agar senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan cinta kasih yang tulus tanpa mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman atau orang yang Anda cintai tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang seharusnya tidak boleh bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya. “Ia yang mengharapkan kepuasan dari orang lain adalah lebih hina daripada seorang pengemis yang berlutut dan menangis untuk memohon sepotong roti demi kelangsungan hidupnya.”
Jagalah diri agar senantiasa penuh dengan simpatik, ramah, dan cinta kasih yang tulus tanpa mengharapkan balasan apapun walaupun ketika teman atau orang yang Anda cintai tidak mengacuhkan kebaikan Anda. Seseorang seharusnya tidak boleh bergantung pada orang lain untuk kebahagiaannya. “Ia yang mengharapkan kepuasan dari orang lain adalah lebih hina daripada seorang pengemis yang berlutut dan menangis untuk memohon sepotong roti demi kelangsungan hidupnya.”
-
Menghindari
makanan dan minuman yang memabukkan.
Alkohol, obat bius, ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan lemahnya kesadaran dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk hidup, kita harus dapat melatih pengendalian diri kita dan membedakan antara yang baik dan yang jahat.
Alkohol, obat bius, ekstasi, ganja, dan lain sebagainya hanya mengakibatkan lemahnya kesadaran dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk hidup, kita harus dapat melatih pengendalian diri kita dan membedakan antara yang baik dan yang jahat.
-
Uruslah
urusanmu sendiri.
Sang Buddha bersabda, “Janganlah engkau memperhatikan kesalahan orang lain dan hal-hal yang dikerjakan maupun yang tidak dikerjakan oleh orang lain, karena engkau sendiri juga mempunyai kewajibanmu sendiri yang dilaksanakan maupun dilalaikan.” Selain itu, Beliau juga bersabda, “Ia yang senantiasa mengamati kesalahan orang lain dan senantiasa lekas marah, maka kekotoran batinnya akan bertambah, ia akan jauh dari penghancuran kekotoran batin.” Janganlah berhenti berbuat baik hanya karena dikritik, justru itu merupakan kesempatan baik untuk menemukan kelemahan yang tidak dapat ditemukan sendiri. Sebaliknya jika ingin mengkritik orang lain, lakukanlah dengan benar, jangan menambah musuh hanya karena mengkritik orang lain. “Tak pernah ada dan tidak akan pernah ada, sekarang pun tidak, bahwa seseorang terus-menerus dicela sepenuhnya, atau terus-menerus dipuji.”
Sang Buddha bersabda, “Janganlah engkau memperhatikan kesalahan orang lain dan hal-hal yang dikerjakan maupun yang tidak dikerjakan oleh orang lain, karena engkau sendiri juga mempunyai kewajibanmu sendiri yang dilaksanakan maupun dilalaikan.” Selain itu, Beliau juga bersabda, “Ia yang senantiasa mengamati kesalahan orang lain dan senantiasa lekas marah, maka kekotoran batinnya akan bertambah, ia akan jauh dari penghancuran kekotoran batin.” Janganlah berhenti berbuat baik hanya karena dikritik, justru itu merupakan kesempatan baik untuk menemukan kelemahan yang tidak dapat ditemukan sendiri. Sebaliknya jika ingin mengkritik orang lain, lakukanlah dengan benar, jangan menambah musuh hanya karena mengkritik orang lain. “Tak pernah ada dan tidak akan pernah ada, sekarang pun tidak, bahwa seseorang terus-menerus dicela sepenuhnya, atau terus-menerus dipuji.”
-
Jangan
cemas.
Rahasia kebahagiaan dan keberhasilan hidup terletak pada pelaksanaan apa yang patut untuk dilaksanakan sekarang, bukan mengkhawatirkan yang telah lalu dan yang akan datang. Jangan cemas hanya karena memikirkan masa depan dan jangan habiskan waktu hanya untuk menyesali hal yang telah berlalu.
Rahasia kebahagiaan dan keberhasilan hidup terletak pada pelaksanaan apa yang patut untuk dilaksanakan sekarang, bukan mengkhawatirkan yang telah lalu dan yang akan datang. Jangan cemas hanya karena memikirkan masa depan dan jangan habiskan waktu hanya untuk menyesali hal yang telah berlalu.
-
Tonggak
keberhasilan.
Kegagalan merupakan tonggak keberhasilan, belajar dari kegagalan akan menuntun kita ke arah keberhasilan, dengan kegagalan membuat kita mudah menghargai kemenangan.
Kegagalan merupakan tonggak keberhasilan, belajar dari kegagalan akan menuntun kita ke arah keberhasilan, dengan kegagalan membuat kita mudah menghargai kemenangan.
-
Akhir yang damai.
Orang seringkali mengkhawatirkan kematian, padahal kematian bukanlah hal yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati bersarang di dalam pikiran kita. Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Ia akan hidup dalam ketakutan bahwa penyakit atau kecelakaan akan menghabisi hidupnya. Tidak ada orang yang dapat hidup bahagia dalam badai ketakutan seperti ini. Hal ini dapat diatasi dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain dan mengembangkan cinta kasih. Laksanakan kewajiban dan tugas selama hidup dan hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka suatu saat Anda akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian dan kebahagiaan nan abadi.
Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.
Orang seringkali mengkhawatirkan kematian, padahal kematian bukanlah hal yang luar biasa untuk ditakuti, perasaan takut mati bersarang di dalam pikiran kita. Kemelekatan pada kehidupan di atas bumi merangsang ketidakwajaran dan ketakutan akan kematian. Ia akan hidup dalam ketakutan bahwa penyakit atau kecelakaan akan menghabisi hidupnya. Tidak ada orang yang dapat hidup bahagia dalam badai ketakutan seperti ini. Hal ini dapat diatasi dengan melupakan keakuan dalam memberikan pelayanan kepada orang lain dan mengembangkan cinta kasih. Laksanakan kewajiban dan tugas selama hidup dan hadapilah kematian dengan gagah berani dan penuh kedamaian, maka suatu saat Anda akan dapat mencapai keadaan tanpa kematian dan kebahagiaan nan abadi.
Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.
Sumber : http://bobungga.blogspot.com/2012/04/manusia-dan-kegelisahan.html
Manusia & Pandangan Hidup
Manusia adalah makhluk
Tuhan yang diberikan akal dan pikiran, serta hati.secara psikologi karakter
manusia terbentuk dari tiga unsur, yaitu pikiran, hati nurani, dan hawa
nafsu.ketiganya ini harus barjalan dengan seimbang dan saling mengendalikan
satu sama lain untuk menjadikan karakter yang baik pada manusia tersebut.Maka,
manusia semasa hidupnyadalam setiap pekerjaan dan kegiatannya selalu
menggunakan ketiga unsur tersebut,sejak dilahirkan, manusia tentu saja telah
memilki karakter bawaan dari orang tuanya, dan memiliki berbagai macam
pengalaman semasa hidupanya samapi dia dewasa. Hal inilah yang menyebabkan
timbulnya pandangan hidup yang berbada – beda pada setiap orang.
Pandangan hidup adalah
sikap manusia yang paling mendasar dalam menyikapi setiap hal yang terjadi
dalam hidupnya, baik itu berupa masalah, tugas, tantangan dan segala yang
dilakukannya manusia pasti mempunyai pandangannya masing – masing. Saya sebagai
makhluk Tuhan yang beragama meyakini bahwa Tuhan itu ada,dan sangat berperan
penting dalam kehidupan.banyak hal – hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal
sehat di dunia ini, karena memang hal tersebut tidak akan bisa kita pikirkan
dengan pikiran kita yang terbatas.hal inilah yang kita sebut sebagai
iman.banyak orang yang mempertanyakan tentang kepercayaan orang lain yang tidak
bisa diterima dengan akal sehatnya. Jawabannya adalah iman.karena iman adalah
dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang
tidak kita lihat.sama halnya seperti rasa sakit, cinta, dan kasih, yang kita
tidak dapat mengetahui seperti apa wujudnya, dan tidak dapat kita pikirkan
dengan akal sehat tetapi kita mempercayai keberadaan hal tersebut.
·
Menurut
asalnya pandangan hidup dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Pandangan hidup yang
berasal dari agama,
2. Pandangan hidup yang
berupa ideologi, dan
3. Pandangan hidup hasil
renungan.
·
Pandangan
hidup terdiri dari 4 unsur antara lain :
1. Cita – Cita yang
diinginkan dapat diraih dengan usaha dan perjuangan,
2. Berbuat baik dalam
segala hal dapat membuat seseorang merasa bahagia, damai, dan tentram,
3. Usaha atau perjuangan
adalah kerja keras yang dilandasi oleh keyakinan, dan
4. Keyakinan dan
kepercayaan adalah hal yang terpenting dalam hidup manusia.
Dalam perjuangan menuju
kehidupan yang lebih sempurna, sebagai makhluk Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia memerlukan nilai-nilai unsure yang akan dianutnya sebagai pandangan
hidup-nilai luhur adalah tolak ukur kebaikan yang berkenan dengan hal-hal yang
bersifat mendasar atau abadi dalam hidup manusia. Seperti tentang cita-cita dan
tujuan yang hendak dicapai dalam hidup ini.
Lembaga Yang Mewujudkan Pandangan Hidup
Fungsi lembaga-lembaga
yang dibentuk manusia adalah sebagai instrument, sarana, dan wahana untuk
mewujudkan pandangan kehidupan adalah sekedar merupakan konsepsi yang bersifat
abstrak, tanpa daya untuk mewujudkan dirinya dalam kenyataan.
Sebagai makhluk sosial
manusia tidaklah mungkin hidup menyendiri. Oleh karena itu, setiap manusia
pribadi hidup sebagai bagian dari lingkungan social yang lebih luas, secara
berturut-turut lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dll.
Hubungan Pandangan Hidup Masyarakat.
Hubungan pandangan
mengenai kehidupan manusia dan masyarakat berdasarkan pada pandangan tentang
manusia. Pandangan tentang manusia ini di dasarkan pada Pancasila. Dari sini
dapat pula diartikan sebagai pandangan hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dalam hubungan inilah manusia dapat hidup dan menghidupi. Manusia
hidup dalam hubungan dengan Tuhannya dan dalam perlindunganNya selamanya
termasuk dengan lingkungan. Dengan dan dalam kebudayaan dan serba hubungan
menjadikan dunia dan lingkungan lebih menyenangkan dan menjadikan hidup lebih
baik.
Pandangan Hidup Berbangsa dan Bernegara
Konsep bangsa yang
digunakan untuk merumuskan sila ketiga terutama konsep E Renan, yaitu
sekelompok manusia yang mempunyai keinginan bersama untuk bersatu dan tetap
mempertahankan persatuan,sedangkan factor-faktor yang mendorong manusia ingin
bersatu itu bermacam-macam. Dalam hal ini apa yang digariskan oleh pasal 2 ayat
(1) menegaskan bahwa Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk
republik.
Factor pendorong kea rah
persatuan yang ditekankan oleh WD ialah pendidikan, budaya yang diatur dalam
pasal 31ayat (2) pemerintah berusaha menyelenggarakan suatu sistem penghujatan
nasional yang diatur dengan undang-undang.
Norma-norma itulah yang harus di ikuti agar orang-orang Indonesia
dapat hidup berbangsa sesuai dengan pancasila dan menjalankan sila 3 yang
wujudkan pasal-pasal tersebut. Orang Indonesia tidak terlepas dari pasal-pasal
lain. Lewat hal ini pulalah kecintaan manusia kepada Indonesia kepada bendera
merah putih dan bahasa Indonesia dapat dikemukakan secara intensif.
Sumber : http://abdirachmadi.blogspot.com/2012/04/hubungan-antara-manusia-dan-pandangan.html
Subscribe to:
Posts (Atom)