Pendidikan humaniora adalah suatu bahan pendidikan yang mencerminkan
keutuhan manusia dan membantu agar manusia menjadi lebih manusiawi, yaitu
membantu manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang ada, sehingga
akhirnya terbentuk manusia yang utuh, yang memiliki kematangan emosional,
kematangan moral dan kematangan spiritual.
Setiap bangsa pasti ditandai dengan pluralitas agama dan budaya.
Kehidupan dalam iklim yang berbeda ini diharapkan manusia atau setiap pribadi
itu memiliki dimensi individual dan sosial. Hal ini sangat berkaitan dengan
bagaimana hidup bersama orang lain, mengembangkan kepekaan untuk saling
menghormati dan menghargai.
Dalam mencapai kesempurnaan kehidupan setiap individu memiliki
akal dan budi atau yang lazim disebut pikiran dan perasaan yang memungkinkan
munculnya tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup
makhluk lain dan memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang sampai
kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain.
Berdasarkan uraian di atas kita mengetahui bahwa tujuan dari
pendidikan humaniora adalah untuk membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya
dan mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis, untuk
kehidupan yang lebih sempurna.
A. Pengertian Humaniora
Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales
yaitu studi tentang kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno,
humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika.
Pada hakikatnya humaniora adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai
kemanusiaan yang mencakup etika, logika, estetika, pendidikan pancasila,
pendidikan kewarganegaraan, agama dan fenomenologi.
B. Pentingnya Mempelajari Pendidikan Humaniora
Berbagai macam kasus kekerasan yang terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat, tindakan anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan bahkan sudah
menjadi keseharian. Indikatornya adalah pendidikan belum berperan signifikan
dalam proses membangun kepribadian bangsa yang berjiwa sosial dan kemanusiaan.
Tampaknya, manusia harus lebih “dimanusiakan” lagi. Keterpurukan bangsa
yang berlarut-larut juga berhubungan dengan kegagalan pendidikan di masa lalu
yang mengakibatkan terjadinya proses dehumanisasi.
Gagasan dan langkah menuju pendidikan yang berorientasi
kemanusiaan merupakan salah satu upaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan
yang semakin terkikis. Melalui pendidikan de-humaniora diharapkan
manusia dapat mengenal dirinya, kemanusiaannya yang utuh, dan tidak hanya dapat
menundukkan lingkungan alam fisik melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pada prinsipnya, pendidikan humaniora bertujuan membuat
manusiawi/untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia.
C. Latar Belakang Pendidikan Humaniora
1. Pengertian kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Untuk lebih jelas dapat dirinci sebagai berikut :
a. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan
dan dihasilkan manusia yang meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non
material.
b. Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
c. Kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia dan
hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan.
2. Manusia sebagai pengemban nilai-nilai
Di muka telah dijelaskan bahwa adanya akal dan budidaya pada
manusia, telah menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara
keduanya. Oleh karena itu, akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan
pola hidup yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan
kehidupan yang bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun
kedudukannya selalu berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis
kehidupan tersebut.
Hal di atas sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia
memang ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling
mengenal. Saling mengenal di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang
berbeda-beda itu bisa saling melengkapi dalam artian memberi dan menerima.
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan
material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Kehidupan
mereka kurang sempurna, dimensi di dalamnya akan hilang, karena batin mereka
kosong akibatnya tidak akan memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup,
melainkan justru dapat lebih rusak karenanya.
Material dan spiritual adalah dua hal yang saling melengkapi. Dua
hal ini bagaikan jasad dan ruh. Kebahagiaan material akan menunjang jasmani
kita, sedangkan kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani kita.
3. Manusia sebagai makhluk termulia
Kalau kita lihat dari segi bentuk fisiknya maupun yang ada di
sebaliknya, tidak berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk
termulia. Di antara makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan
makhluk yang lain, adalah :
a. Manusia mampu mengatur perkembangan hidup
makhluk lain dan menghindarkannya dari kepunahan.
b. Manusia mampu mengubah apa yang ada di alam ini
c. Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang karenanya
kehidupan mereka makin berkembang dan makin sempurna
d. Semua unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain
dapat dikuasai manusia dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
4. Budaya sebagai sarana kemajuan dan sebagai
ancaman
Filsuf Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan
manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya, manusia tidak menerima begitu
saja apa yang disediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih
lanjut.
Dengan akal dan dayanya, manusia berusaha untuk merubah sesuatu
yang bersifat bahan mentah, yang disediakan oleh alam menjadi bahan jadi yang
bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan selalu berfikir dan
mencoba, menjadikan manusia menjadi maju. Lain halnya dengan mereka yang tidak
berminat untuk selalu berfikir dan mencoba. Pasti, akan terlihat sekali
perbedaan antara keduanya.
Selain sebagai kemajuan budaya juga
bisa menjadi ancaman. Budaya merupakan bahaya bagi manusia sendiri, yang
dimaksud umpama tekhnik, peradaban, pabrik berasap, udara yang penuh debu, kota
yang kotor, hutan yang masih kotor, kediktatoran akal dan budaya yang tamat.
Baginya budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan mematikan.
Begitulah keadaannya jika manusia mengembangkan kebudayaannya
tanpa memperhatikan etika. Akan terlihat sekali perbedaan antara pengembangan
kebudayaan yang memperhatikan etika dan yang tidak.
D. Metode Pendidikan Humaniora
Tugas pendidikan masa kini, pertama-tama bukannya mengajarkan “apa
yang paling baik diketahui dan dipikirkan pada masa lampau”, akan tetapi yang
lebih penting adalah menyajikan informasi dan orientasi terhadap masa kini, dan
khususnya orientasi terhadap masa depan di mana nantinya para siswa akan hidup
di dalamnya. Dengan pendidikan seperti itu, mereka akan memiliki kepekaan dan
kemampuan-kemampuan untuk mengambil bagian secara kreatif di berbagai kehidupan
masa mendatang.
Mengingat masa lampau tidak akan memberikan kesegaran pada masa
kini dan yang akan datang. Sesuai dengan maqolah dalam buku “Laa Tahzan”
bahwasanya hari ini adalah milik anda. Yang perlu kita fikirkan adalah hari
ini, marilah kita hadapkan diri kita pada kejadian sekarang. Boleh juga kita
menoleh masa lampau, sekedar untuk pelajaran. Kita bisa mengoreksi diri kita
dengan melihat kesalahan-kesalahan pada masa lampau. Namun hanya sebatas itu,
jangan kita terlalu larut dalam kejadian masa lampau.
Pendidikan humaniora adalah pembinaan kualitas kepribadian anak
didik, yaitu untuk mencapai tujuan pengembangan “pribadi seutuhnya”, maka perlu
untuk disajikan program-program kegiatan belajar-mengajar yang sifatnya
non-verbal, sehingga memungkinkan anak didik untuk mengembangkan kesadaran
kepekaannya, serta kemampuan-kemampuan lainnya untuk menikmati kehidupan aktual
dan bukan lagi terkungkung hanya di dalam lingkungan dunia intelek yang serba
abstrak.
Hal tersebut sangat penting, seseorang yang hanya intelek, tidak
akan seimbang jika tidak disertai dengan kecakapan. Orang yang tidak cakap
tidak akan mampu menunjukkan dan mengembangkan keintelekannya. Begitu pula
orang yang cakap tapi tidak intelek. Dia mampu menunjukkan dan mengembangkan
sesuatu. Akan tetapi, dia tidak punya sesuatu atau materi atau bahan untuk
ditunjukkan dan dikembangkan.
Selain hal-hal di atas, pendidikan humaniora juga mementingkan
masalah spiritual. Manusia tak cukup hanya kaya, tampan, cantik dan
berkecukupan. Orang yang tersebut tidak akan tenang hatinya tanpa adanya
ketenteraman hati. Hal ini dapat dicapai dengan selalu mendekatkan diri pada
sang khaliq dan mensyukuri nikmat-Nya.
KESIMPULAN
1. Jadi, Pendidikan humaniora adalah pendidikan yang
berorientasi untuk mendidik manusia menjadi manusia seutuhnya. Prinsip pendidikan humaniora bertujuan membuat
manusia lebih manusiawi atau untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara
belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya
kebudayaan inilah yang melatarbelakangi pendidikan humaniora. Bahwasanya manusia diberkahi adanya akal dan
budi daya yang menyebabkan cara dan pola hidup yang berbeda diantara keduanya.
Dan dengan adanya akal dan budidaya manusia adalah sebagai pengemban
nilai-nilai moral baik yang bersifat material maupun spiritual.
No comments:
Post a Comment